Kesehatan dan Keselamatan di Laboratorium

KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM KIMIA



Sebagai  bagian  dari  proses  pembelajaran Sains, aktivitas laboratorium memiliki  kedudukan dan  peran penting bagi upaya  pengembangan hands-on activity sekaligus  penguatan minds-on  skills  dalam  kerangka pembelajaran inkuiri. Aktivitas atau kerja laboratorium memungkinkan adanya penerapan beragam keterampilan  proses  sains  serta pengembangan sikap  ilmiah  yang mendukung proses  perolehan pengetahuan  (produk  keilmuan) sains  dalam diri siswa.
 Kerja  laboratorium  tentunya melibatkan  aktivitas  penggunaan alat- alat laboratorium, bahan-bahan dan zat kimia, serta prosedur kerja yang beraneka ragam. Rangkaian  kerja laboratorium berpotensi munculnya risiko kecelakaan kerja yang dapat memberi dampak bagi  keselamatan dan kesehatan diri  siswa, baik  secara fisik, mental dan  sosial. Hal ini memberi konsekuensi bagi  upaya   pencegahan  dan  penanganan risiko  atau dampak keselamatan  dan  kesehatan  kerja yang  harus  dipikirkan dan  diperhatikan guru   sains,  koordinator  laboratorium  dan   laboran,  sebagai  penanggung jawab     kegiatan    laboratorium,    guna     pencegahan     timbulnya    gangguan kesehatan   sekaligus    mempertahankan   keselamatan   semua    pihak    yang terlibat  dalam   aktivitas  leboratorium,  khususnya   siswa.  Semakin   tinggi intensitas  dan  ragam   kerja laboratorium,  maka   makin  tinggi  pula   risiko kecelakaan kerja yang mungkin dapat terjadi.
Ada tiga faktor penting yang sangat mempengaruhi bagaimana situasi kerja  di  laboratorium  dapat  terbentuk.  Secara   internal,  kesadaran dan pemahaman  siswa   terhadap  dirinya   sendiri   memegang peran  vital  bagi persiapan dan  proses  kerja laboratorium. Hal ini menyangkut kemampuan kerja laboratorium  yang  bisa  mereka lakukan,  latar  belakang kesehatan serta  ketahanan  kondisi   baik   fisik  maupun mental.  Faktor   kedua   yaitu :

  1. faktor  eksternal,  baik   aspek   fisik   tempat  kerja  (laboratorum)  seperti kondisi  bangunan, ketersediaan meja dan  kursi dan  suasana, maupun aspek sosial   yang   bersumber  dari   orang   (siswa)   lain,  akan   berpengaruh  bagi bentuk    interaksi    yang     terjadi     antara     keduanya.    Pemahaman     dan pengkondisian yang baik akan  faktor internal, eksternal dan proses  interaksi ini dapat memberi dampak bagi kondisi keselamatan dan kesehatan kerja.
  2. Risiko bahaya, sekecil  apapun kadarnya, dapat muncul  di saat kapan- pun,  di  manapun,  dan  dapat  menimpa siapapun yang  sedang   melakukan pekerjaan. Bahaya  kerja di laboratorium dapat berupa bahaya fisik, seperti infeksi, terluka, cedera atau bahkan cacat, serta bahaya kesehatan mental seperti stres,  syok,  ketakutan, yang  bila  intensitasnya  meningkat  dapat menjadi  hilangnya kesadaran  (pingsan) bahkan kematian. Sumber  bahaya dapat dibedakan menjadi sumber dari  1) perangkat/alat-alat laboratorium, seperti  pecahan kaca,  pisau   bedah, korek  api, atau  alat-alat  logam,  2) bahan-bahan fisik, kimia  dan  biologis, seperti suhu  (panas-dingin), suara, gelombang elektromagnet, larutan asam, basa, alkohol, kloroform, jamur, bakteri, serbuksari, atau racun  gigitan serangga, serta 3) proses  kerja laboratorium,  seperti  kesalahan prosedur,  penggunaan alat  yang   tidak tepat, atau faktor psikologik kerja (terburu-buru, takut, dll).


Pengelolaan Keselamatan dan  Kesehatan Kerja Laboratorium

Upaya keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium melingkupi pengelolaan sebelum aktivitas kerja (pre-activity), saat kegiatan (in  doing process)  sampai   dengan  penanganan  risiko   (risk   taking  action).  Ruang lingkup  ini  menjadi tanggung  jawab  guru,  koordinator  laboratorium  dan laboran sekolah   secara bersama.  Meski  tidak  sedikit  atau sederhana dan berpotensi menambah beban pekerjaan, namun  tanggung jawab moral  bagi terciptanya  situasi  atau  lingkungan   belajar  yang   nyaman   dan   memberi jaminan keselamatan bagi siswa adalah tujuan utama.


a)  Hal-Hal Mendasar Pra-Kerja

Hal-hal   mendasar  yang   perlu    diperhatikan   sebagai  persiapan  kerja adalah:

  1. Adanya kesepakatan (kontrak) tentang keselamatan bersama antara guru,  siswa   dan   bila   memungkinkan  orang   tua.  Dalam   hal   ini, upayakan keterlibatan siswa dalam  menyusun atau membuat aturan, prosedur, dan rencana tindakan darurat.
  2. Sosialisasi   prosedur  keselamatan   dan   kebijakan   regulasi  lainnya melalui model  atau poster.
  3. Mengenal  baik  keberadaan sistem  keamanan dan  keselamatan  kerja di sekolah, seperti jalur evakuasi/penyelamatan, letak pemadam api/kebakaran, instalasi air, dll.
  4. Pengetahuan keberadaan tempat-tempat perlindungan, catatan atau peringatan penting, termasuk kontak darurat (polisi, RS, dokter, pemadam kebakaran, dll).
  5. Pastikan bahwa  seluruh pihak  yang terlibat dalam  kegiatan praktik di laboratorium terlindungi dari  risiko kecelakaan, seperti panas, bahan kimia,    proyektil    logam,    debu     alergik,    parasit,     dll,    dengan mengenakan pakaian dan alat pelindung.
  6. Perhitungkan  ukuran   atau  jumlah  siswa   (dalam  kelompok)  yang terlibat  dalam   aktivitas  laboratorium  secara  proporsional.  Hal  ini juga  perlu   mempertimbangkan  kapasitas  ruang   laboratorium  dan sarana pendukung seperti meja, kursi atau alat-alat lab. 
  7. Pastikan  ada   larangan  untuk  tidak  makan   dan   minum   di  dalam laboratorium (terlebih ketika kegiatan pengamatan, percobaan atau investigasi sedang  berlangsung).
  8. Jangan    menyimpan    bahan-bahan    kimia     dan     biologis     (termasuk spesimen) di dalam  lemari penyimpan (lemari es)  yang sama  dengan penyimpan makanan.
  9. Pastikan   siswa   memahami  larangan  minum   menggunakan  gelas/ plastik yang digunakan untuk kegiatan.
  10. Beri  label   (penanda) peralatan-peralatan  dan   bahan-bahan  kimia, termasuk informasi tentang kandungan dan risiko-risikonya.
  11. Simpan bahan-bahan kimia di tempat yang sesuai.
  12. Pastikan   siswa   memahami  bahwa   bahan-bahan  kimia   tidak   bisa/ boleh   dicampur  hanya   untuk  bersenang-senang.  Hal  serupa  juga berlaku untuk perangkat listrik atau yang menggunakan aliran  listrik.
  13. Hati-hati  dalam   penggunaan ekstensi  kabel.  Upayakan   untuk  tidak menggunakannya.
  14. Pahami   risiko   bahaya  baik   dari   bahan  atau  perangkat   sebelum memulai  aktivitas.  Guru  hendaknya  melakukan  preparasi  sebelum siswa  melaksanakan kegiatan laboratorium. Selain  itu, juga lakukan pemeriksaan petunjuk keamanan kimia atau toksisitas.
  15. Pastikan  alat-alat dan  perangkat  laboratorium  dalam   keadaan baik sebelum digunakan. 
  16. Pastikan  ketersediaan perangkat  pertolongan  pertama (P3K)  untuk penanganan awal darurat.
  17. Upayakan  memeriksa kesehatan atau identifikasi kelainan kesehatan, seperti alergi, epilepsi, dll.
  18. Perhatikan pakaian dan  penampilan, seperti rambut panjang, sepatu atau sandal, dan  pakaian. Selain  itu, pergunakan alat-alat pelindung tubuh.
  19. Pahami  dan coba  prosedur atau prinsip  kerja berbagai alat, termasuk pengetahuan tentang kandungan zat bahan dan penanganannya.


b)  Hal-Hal Pencegahan Kecelakaan saat Kerja

  1. Awasi siswa  dengan seksama selama kegiatan laboratorium. Strategi atau  pendekatan pola  pengawasan  bisa  diatur dalam   kesepakatan atau kontrak belajar. Upayakan  pendekatan yang  dilakukan utama- nya melalui pendekatan psiko-emosional.
  2. Pastikan bahwa  siswa telah membaca dan  memahami prosedur kerja kegiatan/percobaan yang harus  dilakukan.
  3. Pastikan   bahwa    tangan   siswa   dan   bagian    tubuh   lainnya    dalam keadaan kering  sebelum menyambungkan perangkat berlistrik.
  4. Cegah  kontaminasi dengan tidak mengembalikan sisa bahan kimia ke dalam  tempat semula.
  5. Pastikan limbah  atau sampah, khususnya  limbah  B3, terbuang dengan aman  sesuai  klasifikasinya.
  6. Penanganan segera segala  bentuk kecelakaan.
  7. Matikan gas dan peralatan listrik lainnya  setelah selesai kegiatan.
  8. Pastikan segera mencuci tangan atau bagian  tubuh yang lain  setelah kegiatan selesai.
  9. Ingatkan   siswa   untuk   mengembalikan  kondisi   lab   dalam   keadaan bersih  dan nyaman  kembali.
  10. Pastikan  semua   manajemen kerja laboratorium  diselesaikan secara baik, termasuk kebutuhan higien  laboratorium dan diri siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar